Kamis, 17 Desember 2009

Sepedaku, Impianku

Burung-burung berkicau menemani pagi yang cerah. Awan tak menghalangi indahnya langit di angkasa, tak menutupi terangnya matahari yang menyinari bumi. Udara segar terhirup dari udara yang bebas dari polusi. Membuat semuanya terasa begitu indah.

Di dalam kamar tiga kali empat meter, seorang perempuan masih terlihat menikmati mimpi dalam tidurnya yang nyenyak. Tak terusik oleh sinar matahari yang menyengat melwati jendela kamarnya. Namun, kini dia terbangun dari tidurnya karena bunyi alarm jam kamarnya yang telah memanggil-manggil tuannya untuk menyambut pagi dengan senyum.

"Hwahh.. enak sekali tidurku! Alhamdulillah ya Allah.." serunya.

Dengan segera dia pergi ke kamar mandi dan membasuh tubuhnya dengan air dingin secepat kilat. Sekiranya dia telah mengetahui bahwa dirinya akan telat. Oleh karena itu, dengan secepat kilat pula dia mengenakan baju dan berangkat menuju sekolah dengan teman sau kostnya.

Di perjalanan menuju sekolah, perempuan itu dengan temannya berjalan dengan agak tergesa-gesa, idak mempedulikan apa yang terjadi di sekitarnya.

"Andai saja aku punya sepeda..." ujar perempuan itu.
"Ah! Janganlah kau terlalu bermimpi dengan membeli sepeda! Syukuri saja apa yang telah kau dapatkan hari ini!" sahut temannya.

Perempuan itu hanya 'membatin' di dalam hatinya. Sebenarnya dia merasa agak dongkol dengan temannya itu, tetapi dia tidak berani untuk mengungkapkannya dengan gamblang.

Tak berapa lama kemudian, mereka sampai di sekolah tercinta mereka.

Tak banyak yang istimewa dengan ruangan kelas itu. Hanya ada dua puluh meja ditambah dengan dua bangku di setiap mejanya. Dengan ornamen dinding yang memberikan kesan nasionalisme pada setiap orang yang duduk di sana. Batik, bendera merah putih, pancasila, dan lain-lain. Di sanalah tempat anak perempuan dan temannya itu menuntut ilmu.

Genap sudah jumlah siswa di kelas itu. Mereka semua saling berbagi dengan apa yang mereka miliki dan apa yang mereka dapatkan. ereka saling berbagi cerita, canda, dan tawa.

"Setiap manusia itu memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Kamu unggul di bagian ini, tetapi bukan berarti saya unggul di bagian ini pula. Inilah mengapa kita disatukan di ruangan ini dengan berbagai watak dan sifat," seseorang berkata dengan tiba-tiba.

"Apa maksud kamu berkata demikian? Sudahlah... jangan menjadi orang yang sok tahu dengan segala petuah yang asal-usulnya tak jelas dari mana!"

"Saya tidak ingin mencari masalah dengan kawan-kawan semuanya. Akan tetapi alangkah baiknya, dengan semua kelebihan masing-masing orang di sini, kita dapat saling berbagi dengan sesama kita. Dimulai dengan lingkungan kita sendiri, lag..."

"Sudahlah! Langsung saja kau katakan apa yang kau maksud itu! Aku tak memiliki waktu dengan semua omongan basa-basimu!" tiba-tiba seorang laki-laki berteriak.

Kontan semua anak yang berada di ruangan terebut menjadi terkejut dan tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar dari mulut teman mereka sendiri.
Beragam ekspresi yang menanggapi pertengakaran yang seharusnya tidak terjadi itu. Namun hanya satu yang berani mengungkapkan.

"Kawan-kawan semua.. tak ada maksudku untuk menggurui, hanya saja diriku dapat menangkap dengan apa yang dia maksud. Kita semua ini memiliki talenta masing-masing yang berbeda dan sebenarnya saling mengisi kekurangan satu sama lain. Oleh karena itu, dia mengusulkan bagaimana kalau kita mengadakan suatu forum untuk menyatukan talentan kita masing-masing sehingga kita dapat mendapatkan sesuatu yang lebih hebat dan lebih sempurna dari sekarang. Bagaimana?"

Hanya beberapa kata yang ia ucapkan. Bukanlah kata-kata bijak layaknya pujangga, tetapi dia dapat membuat semua kawannya kontan menganga.




"Ahh... Ya Allah... kenapa Engkau memberikan semua ini padaku? Dapatkah aku meraih apa yang aku inginkan untuk waktu jangka pendek ini? Haruskah aku mengambil kerja paruh waktu agar aku dapat meraih apa yang aku inginkan? Pantaskah aku untuk mendapatkannya?"

Suatu hari terdengar seseorang sedang berdoa di dalam kamarnya.




Dialah seorang perempuan yang banyak dikagumi oleh semua kawannya. Sifat kedewasaannya yang dapat membuat kawan-kawannya kontan ternganga bila ia telah mengeluarkan taringnya, serta sifatnya yang tegas membuat semua kawannya menjadi segan padanya. Walaupun dia memiliki sikap yang slenge'an, tetapi ia tetap dikagumi.

Satu yang sedang ia pikirkan untuk kehidupannya. Sebuah benda yang ia pikir dapat membuat ia memiliki waktu yang lebih luang daripada sebelumnya. Sebuah benda yang mungkin untuk kebanyakan orang hanyalah benda yang tidak berguna dan hanya memenuhi tempat yang ada saja, tetapi tidak untuk dirinya.

"Seandainya aku punya sepeda.. aku tidak usah merasakan lelah yang begitu berarti untuk mencapai warung makan di sana! Aku juga tidak harus mengeluarkan uang yang seharusnya dapat aku simpan untuk simpananku," pikirnya setiap kali ia melihat sebuah sepeda.

Ah.. ada-ada saja pemikiran perempuan ini! Sebuah sepeda? Apalah arti sebuah sepeda bila engkau masih dapat berjalan dengan kedua kakimu?

Efisiensi waktu?
Ya. Aku setuju denganmu!



"Bun.. Bunda mau tidak membelikan aku sebuah sepeda? Sepeda bekas juga tak apa. Akan aku terima dengan sepenuh hatiku," ujarnya saat ibunya sedang menjenguknya.

"Oke. Tapi tidak sekarang ya?" balas ibunya.

"Terima kasih, Bunda!!!!!"




Sebuah sekolah tak berpenghuni di kala petang kini tak lagi kosong di waktu itu. Ruangan kelas dengan ciri khasnya yang nasionalisme masih dipenuhi oleh siswa-siswa kelas itu.

Belajar.

Ya. Mereka belajar kelompok di kelas itu. Terlihat kompak sehingga akan membuat siapa pun yang melihatnya akan iri. Semua berbicara sesuai dengan kapasitas. Tidak ada yang bungkam. Semua memperhatikan apa yang kawan mereka jelaskan.
Mirip seperti kegiatan belajar mengajar, hanya saja tak ada guru yang membimbing.

Perempuan itu tidak terlihat menonjol di sana. Ia pun mengakui bahwa ia tidak lihai di semua bidang. Namun ia pun tidak sombong dengan apa yang ia miliki untuk saat ini.




"Ohh... sepeda... sepeda... kapan engka akan datang ke pangkuanku?" khayalnya suatu hari.
"Sadarkah engkau? Janganlah engkau terlalu bermimpi untuk mendapatkan sepeda! Belajar! A.."

"Ahhhhhhhhhhhhh...... SEPEDA!!!!!!!!!"
"Hei! Sudah gilakah engkau? Teriak-teriak seperti orang gila di tengah jalan seperti ini meneriakkan 'sepeda'!"

"Aku tidak bercanda! Lihatlah! Aku punya sepeda!!!!!!!!!"

Kamis, 03 Desember 2009

kuliah ?

ketika ada orang yang bertanya, "Kamu mau jadi apa?" kepada saya,
maka akan beberapa versi yang akan kamu dengar berkaitan dengan pertanyaan ini.

waktu TK :

"saya mau jadi IBU !!!!"

waktu SD :
"saya mau jadi GURU!!!"

waktu SMP :
"saya mau jadi DOKTER GIGI!!!"

waktu SMA kelas X :
"saya mau jadi DOKTER GIGI!!!"

waktu SMA kelas XI :
"saya mau jadi AHLI GIZI!!!"

waktu SMA kelas XII (baca : sekarang-2009)
"saya mau jadi AHLI GIZI!!!"
"saya mau jadi POLISI HUTAN!!!"
"saya mau jadi ORANG YANG BERGUNA!!!"
"saya mau jadi PENULIS!!!"

yang jadi pertanyaan saya,
"Mengapa banyak sekali cita-cita yang saya inginkan??? Apakah kemampuan saya sudah CUKUP untuk menghadapi semua itu????"