Kisah ini takkan dapat dimulai bila waktu tak mempertemukan kita di kala itu. Hanya sapaan sekilas dan senyuman paksa yang terjadi. Aku dan kamu masih terasa asing dan tak saling kenal. Membuang rasa keingintahuan untuk dapat lebih dekat.
Yogyakarta, Oktober 2010
Tiga bulan sudah aku merasakan hidup 'sendiri' di kota pelajar ini. Siapa sangka bahwa aku dapat belajar di salah satu kota besar yang menjadi impian banyak orang? Hidup sendiri bukan sesuatu yang mudah untuk dijalani bila kita tak memiliki pengalaman untuk hidup sendiri.
Genap tiga bulan di lingkungan UGM, kenapa aku masih terasa hampa? Kegiatanku hanya sebatas rumah-kampus-rumah. Kegiatanku di kampus hanya sebatas kuliah-praktikum-kuliah-laporan. Apa hebatnya?
Sebuah organisasi tingkat fakultas menggelitik hatiku dan mengingat kembali tentang apa yang menjadi 'mimpi sampingan'ku sejak SMP. Percayakah kamu? Mungkin tidak. Sebuah organisasi pecinta alam yang aka membawa duniaku ke arah yang lebih berwarna, begitu pikirku kala itu. Kegiatan semacam inilah yang ingin aku jalani sejak aku duduk di bangku SMP.
*to be continued*
...sebuah blog tentang pemikiran seorang remaja yang sedang tumbuh ke masa dewasa... everything you think that's yours!
Kamis, 12 Mei 2011
Rabu, 06 April 2011
belum ada judul
Cerita ini dimulai ketika aku beranjak dewasa dan mulai mengerti tentang apa itu dunia. Datang ke dunia baru dengan harapan baru dan semangat baru. Kala itu hanya ada ego yang ada di pundakku, entah kenapa. Aku harus pergi dari dunia egoku. Bagaimana caranya?
"Ayo! Ayo! Mau ikut kegiatan alam gak? Seru lho.." ucap kakak-kakak di sudut kampus sana. Ada apa? Acara apa? Kuhampiri saja daripada aku penasaran.
"Ada kegiatan apa, mbak? Kegiatan alam di mana? Kegiatannya seperti apa?" tanyaku seakan memborbardir dirinya.
"Kegiatan alam, dek.. ada caving, ada birdwatching dan ada juga sedikit pengenalan tentang vegetasi," jelasnya.
"Ohh.."
"Ayo ikut, dek! Nih sekalian isi formulir perekrutan anggota pecinta alam. Berminat?"
Pecinta alam? Wahh.. yang aku impikan selama ini. Inikah kesempatanku untuk mengikuti kegiatan kepecintaalaman? Akan beratkah bila aku jalani?
"Ayo! Ayo! Mau ikut kegiatan alam gak? Seru lho.." ucap kakak-kakak di sudut kampus sana. Ada apa? Acara apa? Kuhampiri saja daripada aku penasaran.
"Ada kegiatan apa, mbak? Kegiatan alam di mana? Kegiatannya seperti apa?" tanyaku seakan memborbardir dirinya.
"Kegiatan alam, dek.. ada caving, ada birdwatching dan ada juga sedikit pengenalan tentang vegetasi," jelasnya.
"Ohh.."
"Ayo ikut, dek! Nih sekalian isi formulir perekrutan anggota pecinta alam. Berminat?"
Pecinta alam? Wahh.. yang aku impikan selama ini. Inikah kesempatanku untuk mengikuti kegiatan kepecintaalaman? Akan beratkah bila aku jalani?
Minggu, 03 April 2011
Aku Tahu Hidup Ini Hanya Sementara
Aku harus selalu mencintaiMu. Bukan begitu, ya Rabb? Menjadi insan yang selalu (berusaha) untu taat atas semua perintahMu. Menjauhi apa saja yang telah Kau larang dan mendekati (bahkan melaksanakan) apa saja yang telah Engkau perintahkan melalui RasulMu.
Ya Rabb.. Diri ini terlalu rapuh untuk menjadi seorang yang tegar dalam menjalani kehidupan yang terkadang kejam. Namun aku harus terus bertahan di tengah terjangan ombak dan kejaran angin. Aku butuh uluranMu, ya Rabb.. Aku yakin Engkau selalu tahu dengan apa yang hambaMu butuhkan. Buatlah aku mengerti bahwa semua yang terjadi padaku adalah yang terbaik bagiku atas kehendakMu.
Di kala gelap menyelimuti malam, aku selalu (berusaha) untuk bersujud padaMu. Namun, apa yang dapat aku perbuat? Pengaruh setan lebih jelas dan kuat menyerangku hingga aku pun terlena terhadapnya. Dia bukan penguasa bumi ini, namun mengapa selalu lebih kuat dibanding segalanya, ya Rabb?
Dosakah aku? Dapatkah aku memperbaikinya? Akankah Engkau menerima kata maafku yang mungkin telah kesekian kalinya aku lontarkan?
Ya Rabb.. Izinkan aku untuk membuka lembaran baruku kembalii setelah semuanya hilang dari pikiranku saat ini. Biarkan aku untuk menghadapMu kembali! Aku galau, aku gundah, aku resah tanpa adanya Engkau. Selalu salahkah aku?
Ya Rabb.. Aku tahu hidup ini hanya sementara. Peluangku untuk hidup selamanya adalah NOL! Peluangku untuk mati adalah SATU! Aku tak tahu kapan tiba hari kematianku. Semua adalah misteri yang hanya Engkau ketahui. Tersimpan rapi dalam catatan yang takkan dapat aku intip secuil huruf pun.
Isak tangisku tak bisa keluar walau aku dalam kegundahanku. Aku harus bagaimana, ya Rabb? Kehidupanku kali ini membawaku ke zona yang lebih indah dibanding sebelumnya, namun juga membawaku ke zona yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Salah aku bila aku memprotesMu?
Meski aku tahu jawabannya, entah mengapa aku ingin melontarkan hal ini padaMu. Lebih bersalahkah aku? Aku membutuhkanMu selalu, ya Rabb.. Bimibing aku ke jalanMu yang terang. Ingatkan aku saat aku terlelap dan tertidur dari sesuatu yang melenakanku. Beri aku banyak kesempatan untuk menjadi insan yang lebih dekat lagi denganMu, ya Rabb. Dapatkah aku?
Ya Rabb.. Diri ini terlalu rapuh untuk menjadi seorang yang tegar dalam menjalani kehidupan yang terkadang kejam. Namun aku harus terus bertahan di tengah terjangan ombak dan kejaran angin. Aku butuh uluranMu, ya Rabb.. Aku yakin Engkau selalu tahu dengan apa yang hambaMu butuhkan. Buatlah aku mengerti bahwa semua yang terjadi padaku adalah yang terbaik bagiku atas kehendakMu.
Di kala gelap menyelimuti malam, aku selalu (berusaha) untuk bersujud padaMu. Namun, apa yang dapat aku perbuat? Pengaruh setan lebih jelas dan kuat menyerangku hingga aku pun terlena terhadapnya. Dia bukan penguasa bumi ini, namun mengapa selalu lebih kuat dibanding segalanya, ya Rabb?
Dosakah aku? Dapatkah aku memperbaikinya? Akankah Engkau menerima kata maafku yang mungkin telah kesekian kalinya aku lontarkan?
Ya Rabb.. Izinkan aku untuk membuka lembaran baruku kembalii setelah semuanya hilang dari pikiranku saat ini. Biarkan aku untuk menghadapMu kembali! Aku galau, aku gundah, aku resah tanpa adanya Engkau. Selalu salahkah aku?
Ya Rabb.. Aku tahu hidup ini hanya sementara. Peluangku untuk hidup selamanya adalah NOL! Peluangku untuk mati adalah SATU! Aku tak tahu kapan tiba hari kematianku. Semua adalah misteri yang hanya Engkau ketahui. Tersimpan rapi dalam catatan yang takkan dapat aku intip secuil huruf pun.
Isak tangisku tak bisa keluar walau aku dalam kegundahanku. Aku harus bagaimana, ya Rabb? Kehidupanku kali ini membawaku ke zona yang lebih indah dibanding sebelumnya, namun juga membawaku ke zona yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Salah aku bila aku memprotesMu?
Meski aku tahu jawabannya, entah mengapa aku ingin melontarkan hal ini padaMu. Lebih bersalahkah aku? Aku membutuhkanMu selalu, ya Rabb.. Bimibing aku ke jalanMu yang terang. Ingatkan aku saat aku terlelap dan tertidur dari sesuatu yang melenakanku. Beri aku banyak kesempatan untuk menjadi insan yang lebih dekat lagi denganMu, ya Rabb. Dapatkah aku?
Dosakah Aku ?
Kalau itu memang yang selalu kamu maksud
Aku akan mengerti dengan segala kebodohanku
Menjadi orang segala tahu bukan hal mudah untuk aku lakukan
Kebodohan
Akan selalu ada pada pikiranku bila telah terpenuhi olehmu
Segalanya menjadi terkesampingkan
Dosakah aku?
*re-post from my fb
Aku akan mengerti dengan segala kebodohanku
Menjadi orang segala tahu bukan hal mudah untuk aku lakukan
Kebodohan
Akan selalu ada pada pikiranku bila telah terpenuhi olehmu
Segalanya menjadi terkesampingkan
Dosakah aku?
*re-post from my fb
(Tak) Ada Hadirmu
Kala itu, aku merasa sendiri menyepi
Tak ada hadirmu
Tanpa jiwa lain selain diriku
Menapaki lika-liku kehidupan sendiri
Tak semudah saat aku bersamamu
Menjadi bagian
Menjadi rangkaian
Menjadi rentetan
Jalani hari ini dengan senyuman
Bersamamu di kala ini
Menjadi sesuatu yang lebih bermakna
*re-post from my fb
Tak ada hadirmu
Tanpa jiwa lain selain diriku
Menapaki lika-liku kehidupan sendiri
Tak semudah saat aku bersamamu
Menjadi bagian
Menjadi rangkaian
Menjadi rentetan
Jalani hari ini dengan senyuman
Bersamamu di kala ini
Menjadi sesuatu yang lebih bermakna
*re-post from my fb
Seperti Itukah?
Itu semua maumu
Aku tak kuasa tuk menolak
Menjadi ganjalan
Mengkista
Tak berubah dalam waktu lama
Menggerogoti pikiran
Menghilangkan rasa
Sakit
Tapi indah
Seperti itukah?
Mungkin
Tapi aku ingin
Berjalan bersamamu
Menuju hidup yang lebih hidup
Lebih berarti
dan lebih bermakna
*re-post from my fb
Aku tak kuasa tuk menolak
Menjadi ganjalan
Mengkista
Tak berubah dalam waktu lama
Menggerogoti pikiran
Menghilangkan rasa
Sakit
Tapi indah
Seperti itukah?
Mungkin
Tapi aku ingin
Berjalan bersamamu
Menuju hidup yang lebih hidup
Lebih berarti
dan lebih bermakna
*re-post from my fb
Satu Jam Hanya Terasa Lima Menit
Ada kalanya ketika aku merasa apa yang aku lakukan adalah salah. Sering, hingga tak terhitung berapa jumlahnya. Aku bukan manusia sempurna. Memang benar, tak ada manusia sempurna di dunia ini selain Rasulullah SAW. Aku hanya ingin melakukan yang terbaik bagi hidupku, bagi semua yang aku repotkan. Agak sulit, tapi itulah yang aku rasakan.
Kala itu aku hanya seorang diri di bukit yang terasa sunyi dan sepi. Hanya bersandar pada dagu dan mendengarkan nyanyian alam yang selalu terngiang di telinga. Agak membuatku merasa nyaman, namun tetap saja aku merasa sendiri. Aku harus bangkit dari sini.
Hingga saat itu pun tiba. Ia datang ke arahku. Duduk di sampingku dan berbincang ramah denganku.
"Apa yang kamu lakukan?" katanya.
"Tak ada. Hanya duduk ditemani alam," hanya itu jawabku.
Satu jam terasa bagai lima menit bagiku. Momen yang tak akan aku lupakan untuk kejadian hari itu. Ia hanya duduk di sampingku dan berbincang ramah dalam waktu singkat. Haruskah ia pergi membiarkan aku di sini seorang diri kembali? Mungkin iya. Karena ia bukan untukku.
Sahabat. Bukan seorang yang sulit dicari, namun bukan pula seorang yang mudah dicari. Dalam sekali waktu, ketika aku telah menemukannya tak akan aku lepaskan demikian mudahnya. Tak peduli seberapa samudera memisahkan kita, tak peduli sebanyak apapun pulau yang membatasi kita, aku akan menyimpanmu dalam genggaman dan hatiku.
Dapatkah aku menemukannya?
Di kala lain ketika aku bermain dengan airmataku, ada yang datang dan memelukku dari belakang. Siapa?
"Kenapa kamu menangis?" tanyanya.
"Entahlah. Hanya ingin menangis dan mengeluarkan airmata. Siapa?" jawabku.
"Aku? Entahlah. Aku hanya datang ke sini dan menghampirimu seperti ini. Nyamankah?"
"Tak tahu. Terasa aneh."
"Tapi bagiku tidak. Berjalan bersama, tersenyum bersama, menangis bersama, suka dan duka dibagi. Tak ada yang ditutupi. Setujukah kamu?"
Tak tahan aku tak mengenalinya. Siapa dia? Lalu kulihat wajahnya. Orang yang sama?
"Kamu?"
"Iya. Kenapa?"
"Siapa?"
"Tak mengenali diriku?"
"Tidak."
"Oh kejamnya dunia! Jangan pernah duduk seorang diri lagi, jangan pernah menangis seorang diri lagi, jangan pernah tertawa seorang diri lagi, jangan pernah berjalan seorang diri lagi! Bagikanlah suka dan dukamu denganku!"
"Siapa kamu?"
"Tetap tidak mengenali?"
"Tidak."
"Aku ada di sini," dia hanya menjawab sambil menunjuk dadaku dan menghilang pergi.
Siapa dia? Orang aneh yang selalu ada saat aku merasa sendiri. Aku tak mengerti mengapa dia seperti itu, namun hal itu membuatku merasa lebih nyaman.
Aku kembali memainkan pikiranku dan berpikir seorang diri. Di saat itu aku melihat sepucuk surat berwarna putih. Kuraih dan kubaca.
"AKU SAHABATMU"
Sahabatku? Siapa?
Ketika aku berkutat dengan pikiranku, orang aneh itu datang kembali secara tiba-tiba.
"Itu aku. Sudah kubilang jangan melakukannya seorang diri! Ada aku di sini! Bagilah sedikit dari perasaanmu padaku! Tak bisakah?"
"Siapa?""Surat itu aku yang membuatnya."
Bagai disambar petir di siang hari, aku merasa ada yang bergejolak di mataku. Duduk bersimpuh adalah hal pertama yang aku lakukan. Siapa dia? Sahabat? Dari mana? AKu tak biasa membagi perasaan ini padanya. Bolehkah aku memendamnya seorang diri saja? Tapi terkadang aku juga merasa kesepian. Lalu aku harus bagaimana?
"Tenanglah.. Diam di sini dan aku akan berada di sini sampai kau tenang."
Terasa mendesir dalam dada. Perasaan apa ini? Berdebar? Tapi aku senang.
Mungkin dia memang datang ke sini untukku.
"Aku datang memang hanya untukmu," dia berucap seakan-akan menjawab kekhawatiranku.
Melayang. Aku mabuk di atas awang-awang. Seperti inikah rasanya memiliki sahabat di sampingku?
*re-post from http://www.facebook.com/notes/dian-putri-%EB%94%94%EC%95%88/satu-jam-hanya-terasa-lima-menit/10150149244210248?ref=notif¬if_t=note_comment
Kala itu aku hanya seorang diri di bukit yang terasa sunyi dan sepi. Hanya bersandar pada dagu dan mendengarkan nyanyian alam yang selalu terngiang di telinga. Agak membuatku merasa nyaman, namun tetap saja aku merasa sendiri. Aku harus bangkit dari sini.
Hingga saat itu pun tiba. Ia datang ke arahku. Duduk di sampingku dan berbincang ramah denganku.
"Apa yang kamu lakukan?" katanya.
"Tak ada. Hanya duduk ditemani alam," hanya itu jawabku.
Satu jam terasa bagai lima menit bagiku. Momen yang tak akan aku lupakan untuk kejadian hari itu. Ia hanya duduk di sampingku dan berbincang ramah dalam waktu singkat. Haruskah ia pergi membiarkan aku di sini seorang diri kembali? Mungkin iya. Karena ia bukan untukku.
Sahabat. Bukan seorang yang sulit dicari, namun bukan pula seorang yang mudah dicari. Dalam sekali waktu, ketika aku telah menemukannya tak akan aku lepaskan demikian mudahnya. Tak peduli seberapa samudera memisahkan kita, tak peduli sebanyak apapun pulau yang membatasi kita, aku akan menyimpanmu dalam genggaman dan hatiku.
Dapatkah aku menemukannya?
Di kala lain ketika aku bermain dengan airmataku, ada yang datang dan memelukku dari belakang. Siapa?
"Kenapa kamu menangis?" tanyanya.
"Entahlah. Hanya ingin menangis dan mengeluarkan airmata. Siapa?" jawabku.
"Aku? Entahlah. Aku hanya datang ke sini dan menghampirimu seperti ini. Nyamankah?"
"Tak tahu. Terasa aneh."
"Tapi bagiku tidak. Berjalan bersama, tersenyum bersama, menangis bersama, suka dan duka dibagi. Tak ada yang ditutupi. Setujukah kamu?"
Tak tahan aku tak mengenalinya. Siapa dia? Lalu kulihat wajahnya. Orang yang sama?
"Kamu?"
"Iya. Kenapa?"
"Siapa?"
"Tak mengenali diriku?"
"Tidak."
"Oh kejamnya dunia! Jangan pernah duduk seorang diri lagi, jangan pernah menangis seorang diri lagi, jangan pernah tertawa seorang diri lagi, jangan pernah berjalan seorang diri lagi! Bagikanlah suka dan dukamu denganku!"
"Siapa kamu?"
"Tetap tidak mengenali?"
"Tidak."
"Aku ada di sini," dia hanya menjawab sambil menunjuk dadaku dan menghilang pergi.
Siapa dia? Orang aneh yang selalu ada saat aku merasa sendiri. Aku tak mengerti mengapa dia seperti itu, namun hal itu membuatku merasa lebih nyaman.
Aku kembali memainkan pikiranku dan berpikir seorang diri. Di saat itu aku melihat sepucuk surat berwarna putih. Kuraih dan kubaca.
"AKU SAHABATMU"
Sahabatku? Siapa?
Ketika aku berkutat dengan pikiranku, orang aneh itu datang kembali secara tiba-tiba.
"Itu aku. Sudah kubilang jangan melakukannya seorang diri! Ada aku di sini! Bagilah sedikit dari perasaanmu padaku! Tak bisakah?"
"Siapa?""Surat itu aku yang membuatnya."
Bagai disambar petir di siang hari, aku merasa ada yang bergejolak di mataku. Duduk bersimpuh adalah hal pertama yang aku lakukan. Siapa dia? Sahabat? Dari mana? AKu tak biasa membagi perasaan ini padanya. Bolehkah aku memendamnya seorang diri saja? Tapi terkadang aku juga merasa kesepian. Lalu aku harus bagaimana?
"Tenanglah.. Diam di sini dan aku akan berada di sini sampai kau tenang."
Terasa mendesir dalam dada. Perasaan apa ini? Berdebar? Tapi aku senang.
Mungkin dia memang datang ke sini untukku.
"Aku datang memang hanya untukmu," dia berucap seakan-akan menjawab kekhawatiranku.
Melayang. Aku mabuk di atas awang-awang. Seperti inikah rasanya memiliki sahabat di sampingku?
*re-post from http://www.facebook.com/notes/dian-putri-%EB%94%94%EC%95%88/satu-jam-hanya-terasa-lima-menit/10150149244210248?ref=notif¬if_t=note_comment
Selasa, 29 Maret 2011
Itu Kami
Hening dalam kata
Menghunus bagai pedang
Tajam terasah
Memanggil jiwa
Mendamaikan hati
Pergi tinggalkan jejak
Bekas tak hilang dalam pikiran
Itu kami
Yang selalu pergi mencapai puncak
Menghunus bagai pedang
Tajam terasah
Memanggil jiwa
Mendamaikan hati
Pergi tinggalkan jejak
Bekas tak hilang dalam pikiran
Itu kami
Yang selalu pergi mencapai puncak
Sabtu, 05 Februari 2011
Titip Rindu
Tunggu aku di sana
Dengan tangan terbuka
Bibir yang tersenyum
Mata yang memancar
Hati yang tulus
Ikhlas
Aku datang untuk kembali
Pada peraduanku, mimpiku
Berharap semua kan berjalan dengan indah
Kutitip rindu untuk engkau yang aku tinggalkan
Dengan tangan terbuka
Bibir yang tersenyum
Mata yang memancar
Hati yang tulus
Ikhlas
Aku datang untuk kembali
Pada peraduanku, mimpiku
Berharap semua kan berjalan dengan indah
Kutitip rindu untuk engkau yang aku tinggalkan
Mimpi itu Indah
Mimpi itu indah
Lihat, rasakan, dan lakukan !
Percaya akan diri yang bisa melakukan semua
Kunci pembuka semua misteri kehidupan
Akankah abadi ?
Terhambur bersama cahaya
Terbang bersama angin
Tercemar bersama suara
Akankah mimpi itu tetap ada ?
Jangan menyerah !
Mimpi itu akan ada bersamamu
Di dalam pikiran, bayangan dan hatimu
Lihat, rasakan, dan lakukan !
Percaya akan diri yang bisa melakukan semua
Kunci pembuka semua misteri kehidupan
Akankah abadi ?
Terhambur bersama cahaya
Terbang bersama angin
Tercemar bersama suara
Akankah mimpi itu tetap ada ?
Jangan menyerah !
Mimpi itu akan ada bersamamu
Di dalam pikiran, bayangan dan hatimu
Jumat, 04 Februari 2011
Masih Ada di sana
Ingatkah sewaktuu kita bersama ?
Lalui hari berat dengan senyum
Lelah hilang tak terasa
Letih hilang ditelan malam
Karena kamu berada di sisiku
Habiskan waktu bersama
Untuk lewati waktu-waktu berharga
Kita bersama eratkan jabatan tangan
Mata terpejam
Berjalan jauh
Mimpi kita masih ada di sana
Lalui hari berat dengan senyum
Lelah hilang tak terasa
Letih hilang ditelan malam
Karena kamu berada di sisiku
Habiskan waktu bersama
Untuk lewati waktu-waktu berharga
Kita bersama eratkan jabatan tangan
Mata terpejam
Berjalan jauh
Mimpi kita masih ada di sana
Celah Untukku ?
Jika kamu menjadi matahariku,
aku akan menjadi apa untukmu ?
Jika kamu menjadi bintangku,
aku harus menjadi apa untukmu ?
Jika kamu menjadi pengingatku,
aku bisa menjadi apa untukmu ?
Semua yang dapat aku lakukan tergantung padamu
Sebegitu memabukkannya-kah engkau bagiku?
Aku mengerti jika aku bukanlah apa-apa untukmu
Namun, aku tak ingin berdosa karena rasa mabuk akan dirimu
Aku lemah
Aku letih
Aku tak berdaya
Akan semua rasa yang aku pendam
Terhadap semua tingkah yang kau perbuat
Kau tak menganggapku ada
Namun, kau selalu membuatku seperti ini
Mungkinkah, hal itu menjadi celah untukku ?
aku akan menjadi apa untukmu ?
Jika kamu menjadi bintangku,
aku harus menjadi apa untukmu ?
Jika kamu menjadi pengingatku,
aku bisa menjadi apa untukmu ?
Semua yang dapat aku lakukan tergantung padamu
Sebegitu memabukkannya-kah engkau bagiku?
Aku mengerti jika aku bukanlah apa-apa untukmu
Namun, aku tak ingin berdosa karena rasa mabuk akan dirimu
Aku lemah
Aku letih
Aku tak berdaya
Akan semua rasa yang aku pendam
Terhadap semua tingkah yang kau perbuat
Kau tak menganggapku ada
Namun, kau selalu membuatku seperti ini
Mungkinkah, hal itu menjadi celah untukku ?
Selasa, 11 Januari 2011
Indah Menanti
Menyimpan asa di dalam dada dengan begitu dalam
Sakit yang ada kurasa
Menjadi kuat yang aku inginkan
Menularkan semangat dari asa
Memuat memori indah denganmu
Suatu yang kuingin menjadi nyata
Indah menanti di persimpangan
Sakit yang ada kurasa
Menjadi kuat yang aku inginkan
Menularkan semangat dari asa
Memuat memori indah denganmu
Suatu yang kuingin menjadi nyata
Indah menanti di persimpangan
Sabtu, 08 Januari 2011
Bertahanlah
Tubuh ini tak mampu menopang beban hidup yg begitu berat
Raga ini terasa rapuh
Saat kau meringis
Saat kau menangis
Hati ini tersayat
Ketika wajahmu tak pancarkan sinar
Ketika tingkahmu sedang tak konyol
Bagaimana bisa aku hidup seperti ini?
Bertahanlah
Raga ini terasa rapuh
Saat kau meringis
Saat kau menangis
Hati ini tersayat
Ketika wajahmu tak pancarkan sinar
Ketika tingkahmu sedang tak konyol
Bagaimana bisa aku hidup seperti ini?
Bertahanlah
Siapa Kamu?
Mata itu pancarkan sinar kebahagiaan
Mata yg jernih, tak berdusta
Tingkahnya yg terkadang konyol
Seakan membuatku berada di lain dunia
Bertukar pikiran dengannya
Duniaku menjadi lebih luas
Bercanda dengannya
Hati ini mejadi lebih baik
Namun, siapa kamu?
Mata yg jernih, tak berdusta
Tingkahnya yg terkadang konyol
Seakan membuatku berada di lain dunia
Bertukar pikiran dengannya
Duniaku menjadi lebih luas
Bercanda dengannya
Hati ini mejadi lebih baik
Namun, siapa kamu?
Jumat, 07 Januari 2011
Masih Pantaskah?
Hati ini terluka ketika melihatnya menangis
Telinga ini tersobek saat mendengarnya berkeluh kesah
Bagaimana meyakinkannya bahwa aku ada di sisinya saat ini?
Bahwa aku mulai menyayanginya
Bahwa aku akan berusaha untuk berada di sana setiap kali ia membutuhkanku
Aku tak mengerti mengapa aku menjadi seperti ini saat ini
Ia seorang yang menginspirasiku
Namun, mengapa aku menjadi loyal seperti ini terhadapnya?
Ia bukan seorang jenius
Namun, mengapa aku membanggakannya?
Aku memang orang yang mudah untuk percaya
Masih pantaskah aku?
AKu memang orang yang berprasangka
Masih pantaskah?
Telinga ini tersobek saat mendengarnya berkeluh kesah
Bagaimana meyakinkannya bahwa aku ada di sisinya saat ini?
Bahwa aku mulai menyayanginya
Bahwa aku akan berusaha untuk berada di sana setiap kali ia membutuhkanku
Aku tak mengerti mengapa aku menjadi seperti ini saat ini
Ia seorang yang menginspirasiku
Namun, mengapa aku menjadi loyal seperti ini terhadapnya?
Ia bukan seorang jenius
Namun, mengapa aku membanggakannya?
Aku memang orang yang mudah untuk percaya
Masih pantaskah aku?
AKu memang orang yang berprasangka
Masih pantaskah?
Lebih Baik Aku Menjadi Seorang Pendengar
Baru kali ini aku bertemu dengan seseorang yang memiliki nilai sempurna di mataku jauh bila dibandingkan dengannya. Memang bukan hal yang bijak untuk membandingkan sesuatu, apalagi hal itu adalah teman kita sendiri. Bukan hal yang bijak juga karena keduanya memiliki latar belakang berbeda. Intinya, aku tak berhak untuk membandingkan antara keduanya.
Dia memberiku inspirasi untuk dapat aktif dalam hal tulis-menulis. Entah virus apa yang telah ia tularkan padaku sedemikian hebatnya hingga aku menjadi semangat kembali untuk menggeluti bidang tulis-menulis dengan lebih serius. Memang belum ada tindak lanjut yang lebih dari sekadar menulis blog untuk konsumsi sendiri, namun dengan ini pun aku tetap mengasah keterampilan menulisku.
Bukan hal yang cukup sulit bagiku untuk kembali mencermati setiap bagian kata yang aku tuliskan hari ini, namun tanpa latihan aku tidak akan menjadi orang yang sukses dalam bidang tulis-menulis. Aku harus tunjukkan pada dunia bahwa aku ada di sini. Aku dapat menulis seperti ini. Aku bisa dengan aktif dalam membuat tulisan, walaupun aku tahu di suatu saat aku mengalami titik anitiklimaks dari semangatku ini, aku akan rehat sebentar dan akan kembali mungkin dengan waktu yang belum pasti.
Dia adalah orang istimewa yang telah masuk dalam kehidupanku sejak dua bulan yang lalu. Entah bagaimana ceritanya bila aku tidak mengikuti kegiatan tersebut, mungkin aku belum dapat berkenalan dengannya. Mungkin aku masih terbujur kaku dalam sunyi tanpa nada tuts keyboard yang diam. Aku bersyukur karena bisa berkenalan dengannya.
Dia bukanlah sosok pria yang tampan atau baik hati. Namun, dia tetap mengisnpirasiku dengan segala kekonyolannya dalam bercerita dan bagaimana ekspresinya ketika kami menghabiskan waktu bersama. Aku bukan orang yang aktif dalam berbicara, karena aku merasa setiap orang yang mendengar ceritaku mereka pasti akan terdiam dan akhirnya aku pun terbingung-bingung untuk melanjutkan ceritaku bagaimana. Lebih baik aku menjadi seorang pendengar dan mendengarkan setiap keluh kesahnya terhadap apa yang ia keluh-kesahkan.
Dia memberiku inspirasi untuk dapat aktif dalam hal tulis-menulis. Entah virus apa yang telah ia tularkan padaku sedemikian hebatnya hingga aku menjadi semangat kembali untuk menggeluti bidang tulis-menulis dengan lebih serius. Memang belum ada tindak lanjut yang lebih dari sekadar menulis blog untuk konsumsi sendiri, namun dengan ini pun aku tetap mengasah keterampilan menulisku.
Bukan hal yang cukup sulit bagiku untuk kembali mencermati setiap bagian kata yang aku tuliskan hari ini, namun tanpa latihan aku tidak akan menjadi orang yang sukses dalam bidang tulis-menulis. Aku harus tunjukkan pada dunia bahwa aku ada di sini. Aku dapat menulis seperti ini. Aku bisa dengan aktif dalam membuat tulisan, walaupun aku tahu di suatu saat aku mengalami titik anitiklimaks dari semangatku ini, aku akan rehat sebentar dan akan kembali mungkin dengan waktu yang belum pasti.
Dia adalah orang istimewa yang telah masuk dalam kehidupanku sejak dua bulan yang lalu. Entah bagaimana ceritanya bila aku tidak mengikuti kegiatan tersebut, mungkin aku belum dapat berkenalan dengannya. Mungkin aku masih terbujur kaku dalam sunyi tanpa nada tuts keyboard yang diam. Aku bersyukur karena bisa berkenalan dengannya.
Dia bukanlah sosok pria yang tampan atau baik hati. Namun, dia tetap mengisnpirasiku dengan segala kekonyolannya dalam bercerita dan bagaimana ekspresinya ketika kami menghabiskan waktu bersama. Aku bukan orang yang aktif dalam berbicara, karena aku merasa setiap orang yang mendengar ceritaku mereka pasti akan terdiam dan akhirnya aku pun terbingung-bingung untuk melanjutkan ceritaku bagaimana. Lebih baik aku menjadi seorang pendengar dan mendengarkan setiap keluh kesahnya terhadap apa yang ia keluh-kesahkan.
Aku Harus Menjadi Seorang yang Kuat
Aku kembali dengan wajah yang tak pantas ditunjukkan pada khalayak ramai. Aku tidak seharusnya menjadi orang yang seperti itu! Aku tidak boleh menjadi orang yang mudah putus asa dalam meraih cita. AKu bukan orang yang seperti ini dahulu. Kenapa harus ada kata 'dahulu'?
Aku benci menjadi orang yang lemah terhadap diriku sendiri. AKu harus menjadi orang yang kuat. Kuat terhadap segala sesuatu yang menimpa diriku. Namun, masihkah hal tersebut hinggap di dalam hatiku? Aku tak mengerti apa yang terjadi pada diriku saat ini.
Seorang yang berani dalam melakukan tindakan, namun sekaligus menjadi orang penakut untuk melanggar suatu peraturan. Estetika dari diriku terhadap hal itu kini mulai luntur. Tak ada lagi aku yang selalu memikirkan untuk memenuhi semua peraturan yang ada dan yang telah dibuat, tak ada lagi aku seorang yangg berani dalam mengambil keputusan. Sebenarnya, siapa aku yang sekarang?
Aku sudah berubah, Entah hal itu hanya karena perasaanku yang berlebihan atau karena memang kondisinya tidak memungkinkan agar aku menjadi orang yang seperti itu. Aku tidak tahu apakah hanya aku yang merasakan perubahan ini ataukah semua orang yang pernah dekat denganku merasakan perubahan yang cukup berarti pada diriku.
Hanya satu yang aku harapkan. Aku tidak ingin menjadi orang yang lemah seperti ini. Aku harus menjadi kuat dan tegas dalam segala sesuatunya.
Aku benci menjadi orang yang lemah terhadap diriku sendiri. AKu harus menjadi orang yang kuat. Kuat terhadap segala sesuatu yang menimpa diriku. Namun, masihkah hal tersebut hinggap di dalam hatiku? Aku tak mengerti apa yang terjadi pada diriku saat ini.
Seorang yang berani dalam melakukan tindakan, namun sekaligus menjadi orang penakut untuk melanggar suatu peraturan. Estetika dari diriku terhadap hal itu kini mulai luntur. Tak ada lagi aku yang selalu memikirkan untuk memenuhi semua peraturan yang ada dan yang telah dibuat, tak ada lagi aku seorang yangg berani dalam mengambil keputusan. Sebenarnya, siapa aku yang sekarang?
Aku sudah berubah, Entah hal itu hanya karena perasaanku yang berlebihan atau karena memang kondisinya tidak memungkinkan agar aku menjadi orang yang seperti itu. Aku tidak tahu apakah hanya aku yang merasakan perubahan ini ataukah semua orang yang pernah dekat denganku merasakan perubahan yang cukup berarti pada diriku.
Hanya satu yang aku harapkan. Aku tidak ingin menjadi orang yang lemah seperti ini. Aku harus menjadi kuat dan tegas dalam segala sesuatunya.
Selasa, 04 Januari 2011
HEI! Aku Bahkan Tak Memiliki
Aku dengan segala apa yang aku inginkan di dunia ini menjadi orang yang tak berkonsisten dalam menjalani hidup. AKu menginginkan hal itu terjadi, namun apa yang aku lakukan? Hanya bermimpi dengan segala mimpi besar yang ada di dalam isi kepalaku.
Jangan takut bermimpi besar! Begitulah yang sering aku dengar selama aku di sini. Oke, aku tidak takut untuk bermimpi besar, tapi apa aku bisa menggapainya? Entahlah. HEI! Bahkan aku pun tak memiliki kepercayaan diri bahwa aku dapat menggapai apa yang ingin aku gapai. Bagaimana mungkin aku memberi suatu nasehat pada yang lain? Mudah untuk dibicarakan, namun sulit untuk dilakukan. Hmm.. hukum alam masi berlaku untukku.
Talk less, do more. Begitu ucap salah satu 'slogan' produk rokok. Kenapa harus produk rokok? Abaikan apa yang menjadi sumber kalimat ini. Satu yang pasti, memang seharusnya kita hidup seperti itu. Rasul pun mengatakan bila memang kita tidak bisa melontarkan kata yang bermanfaat, lebih baik kita diam. Okee.. Lebih baik saya diam.
Hal itu bila ditinjau dari ucapan. Bila dari tindakan? Apa?? Aku tak memiliki referensi banyak tentang tindakan. Yang aku tahu, berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Harus dicamkan dalam hati : TAK USAH memerlukan waktu untuk banyak berpikir untuk melakukan sesuatu yang dapat dilakukan secara spontan! Hanya membuang waktu dan akhirnya kehabisan waktu sehingga tak dapat mengulang atau merai waktu itu kembali.
Siapa aku? Hanya aku yang tahu siapa aku. Tapi, benarkah aku mengetahui diriku yang sebenarnya? Karena selama ini, aku tak dapat mengatur diriku sesuai dengan apa yang harus dilakukan oleh diriku ini. Untuk memahami diri sendiri saja aku tidak begitu paham dengan hal ini, bagaimana aku harus memahami tentang orang lain? Ataukah aku memang memiliki kelainan? :O
Jangan takut bermimpi besar! Begitulah yang sering aku dengar selama aku di sini. Oke, aku tidak takut untuk bermimpi besar, tapi apa aku bisa menggapainya? Entahlah. HEI! Bahkan aku pun tak memiliki kepercayaan diri bahwa aku dapat menggapai apa yang ingin aku gapai. Bagaimana mungkin aku memberi suatu nasehat pada yang lain? Mudah untuk dibicarakan, namun sulit untuk dilakukan. Hmm.. hukum alam masi berlaku untukku.
Talk less, do more. Begitu ucap salah satu 'slogan' produk rokok. Kenapa harus produk rokok? Abaikan apa yang menjadi sumber kalimat ini. Satu yang pasti, memang seharusnya kita hidup seperti itu. Rasul pun mengatakan bila memang kita tidak bisa melontarkan kata yang bermanfaat, lebih baik kita diam. Okee.. Lebih baik saya diam.
Hal itu bila ditinjau dari ucapan. Bila dari tindakan? Apa?? Aku tak memiliki referensi banyak tentang tindakan. Yang aku tahu, berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Harus dicamkan dalam hati : TAK USAH memerlukan waktu untuk banyak berpikir untuk melakukan sesuatu yang dapat dilakukan secara spontan! Hanya membuang waktu dan akhirnya kehabisan waktu sehingga tak dapat mengulang atau merai waktu itu kembali.
Siapa aku? Hanya aku yang tahu siapa aku. Tapi, benarkah aku mengetahui diriku yang sebenarnya? Karena selama ini, aku tak dapat mengatur diriku sesuai dengan apa yang harus dilakukan oleh diriku ini. Untuk memahami diri sendiri saja aku tidak begitu paham dengan hal ini, bagaimana aku harus memahami tentang orang lain? Ataukah aku memang memiliki kelainan? :O
Langganan:
Postingan (Atom)