Kamis, 12 Mei 2011

Sebuah Organisasi

Kisah ini takkan dapat dimulai bila waktu tak mempertemukan kita di kala itu. Hanya sapaan sekilas dan senyuman paksa yang terjadi. Aku dan kamu masih terasa asing dan tak saling kenal. Membuang rasa keingintahuan untuk dapat lebih dekat.

Yogyakarta, Oktober 2010

Tiga bulan sudah aku merasakan hidup 'sendiri' di kota pelajar ini. Siapa sangka bahwa aku dapat belajar di salah satu kota besar yang menjadi impian banyak orang? Hidup sendiri bukan sesuatu yang mudah untuk dijalani bila kita tak memiliki pengalaman untuk hidup sendiri.

Genap tiga bulan di lingkungan UGM, kenapa aku masih terasa hampa? Kegiatanku hanya sebatas rumah-kampus-rumah. Kegiatanku di kampus hanya sebatas kuliah-praktikum-kuliah-laporan. Apa hebatnya?

Sebuah organisasi tingkat fakultas menggelitik hatiku dan mengingat kembali tentang apa yang menjadi 'mimpi sampingan'ku sejak SMP. Percayakah kamu? Mungkin tidak. Sebuah organisasi pecinta alam yang aka membawa duniaku ke arah yang lebih berwarna, begitu pikirku kala itu. Kegiatan semacam inilah yang ingin aku jalani sejak aku duduk di bangku SMP.

*to be continued*

Rabu, 06 April 2011

belum ada judul

Cerita ini dimulai ketika aku beranjak dewasa dan mulai mengerti tentang apa itu dunia. Datang ke dunia baru dengan harapan baru dan semangat baru. Kala itu hanya ada ego yang ada di pundakku, entah kenapa. Aku harus pergi dari dunia egoku. Bagaimana caranya?

"Ayo! Ayo! Mau ikut kegiatan alam gak? Seru lho.." ucap kakak-kakak di sudut kampus sana. Ada apa? Acara apa? Kuhampiri saja daripada aku penasaran.
"Ada kegiatan apa, mbak? Kegiatan alam di mana? Kegiatannya seperti apa?" tanyaku seakan memborbardir dirinya.
"Kegiatan alam, dek.. ada caving, ada birdwatching dan ada juga sedikit pengenalan tentang vegetasi," jelasnya.
"Ohh.."
"Ayo ikut, dek! Nih sekalian isi formulir perekrutan anggota pecinta alam. Berminat?"

Pecinta alam? Wahh.. yang aku impikan selama ini. Inikah kesempatanku untuk mengikuti kegiatan kepecintaalaman? Akan beratkah bila aku jalani?

Minggu, 03 April 2011

Aku Tahu Hidup Ini Hanya Sementara

Aku harus selalu mencintaiMu. Bukan begitu, ya Rabb? Menjadi insan yang selalu (berusaha) untu taat atas semua perintahMu. Menjauhi apa saja yang telah Kau larang dan mendekati (bahkan melaksanakan) apa saja yang telah Engkau perintahkan melalui RasulMu.

Ya Rabb.. Diri ini terlalu rapuh untuk menjadi seorang yang tegar dalam menjalani kehidupan yang terkadang kejam. Namun aku harus terus bertahan di tengah terjangan ombak dan kejaran angin. Aku butuh uluranMu, ya Rabb.. Aku yakin Engkau selalu tahu dengan apa yang hambaMu butuhkan. Buatlah aku mengerti bahwa semua yang terjadi padaku adalah yang terbaik bagiku atas kehendakMu.

Di kala gelap menyelimuti malam, aku selalu (berusaha) untuk bersujud padaMu. Namun, apa yang dapat aku perbuat? Pengaruh setan lebih jelas dan kuat menyerangku hingga aku pun terlena terhadapnya. Dia bukan penguasa bumi ini, namun mengapa selalu lebih kuat dibanding segalanya, ya Rabb?

Dosakah aku? Dapatkah aku memperbaikinya? Akankah Engkau menerima kata maafku yang mungkin telah kesekian kalinya aku lontarkan?

Ya Rabb.. Izinkan aku untuk membuka lembaran baruku kembalii setelah semuanya hilang dari pikiranku saat ini. Biarkan aku untuk menghadapMu kembali! Aku galau, aku gundah, aku resah tanpa adanya Engkau. Selalu salahkah aku?

Ya Rabb.. Aku tahu hidup ini hanya sementara. Peluangku untuk hidup selamanya adalah NOL! Peluangku untuk mati adalah SATU! Aku tak tahu kapan tiba hari kematianku. Semua adalah misteri yang hanya Engkau ketahui. Tersimpan rapi dalam catatan yang takkan dapat aku intip secuil huruf pun.

Isak tangisku tak bisa keluar walau aku dalam kegundahanku. Aku harus bagaimana, ya Rabb? Kehidupanku kali ini membawaku ke zona yang lebih indah dibanding sebelumnya, namun juga membawaku ke zona yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Salah aku bila aku memprotesMu?

Meski aku tahu jawabannya, entah mengapa aku ingin melontarkan hal ini padaMu. Lebih bersalahkah aku? Aku membutuhkanMu selalu, ya Rabb.. Bimibing aku ke jalanMu yang terang. Ingatkan aku saat aku terlelap dan tertidur dari sesuatu yang melenakanku. Beri aku banyak kesempatan untuk menjadi insan yang lebih dekat lagi denganMu, ya Rabb. Dapatkah aku?

Dosakah Aku ?

Kalau itu memang yang selalu kamu maksud

Aku akan mengerti dengan segala kebodohanku

Menjadi orang segala tahu bukan hal mudah untuk aku lakukan

Kebodohan

Akan selalu ada pada pikiranku bila telah terpenuhi olehmu

Segalanya menjadi terkesampingkan

Dosakah aku?




*re-post from my fb

(Tak) Ada Hadirmu

Kala itu, aku merasa sendiri menyepi

Tak ada hadirmu

Tanpa jiwa lain selain diriku

Menapaki lika-liku kehidupan sendiri

Tak semudah saat aku bersamamu

Menjadi bagian

Menjadi rangkaian

Menjadi rentetan

Jalani hari ini dengan senyuman

Bersamamu di kala ini

Menjadi sesuatu yang lebih bermakna



*re-post from my fb

Seperti Itukah?

Itu semua maumu

Aku tak kuasa tuk menolak

Menjadi ganjalan

Mengkista

Tak berubah dalam waktu lama

Menggerogoti pikiran

Menghilangkan rasa

Sakit

Tapi indah

Seperti itukah?

Mungkin

Tapi aku ingin

Berjalan bersamamu

Menuju hidup yang lebih hidup

Lebih berarti

dan lebih bermakna




*re-post from my fb

Satu Jam Hanya Terasa Lima Menit

Ada kalanya ketika aku merasa apa yang aku lakukan adalah salah. Sering, hingga tak terhitung berapa jumlahnya. Aku bukan manusia sempurna. Memang benar, tak ada manusia sempurna di dunia ini selain Rasulullah SAW. Aku hanya ingin melakukan yang terbaik bagi hidupku, bagi semua yang aku repotkan. Agak sulit, tapi itulah yang aku rasakan.



Kala itu aku hanya seorang diri di bukit yang terasa sunyi dan sepi. Hanya bersandar pada dagu dan mendengarkan nyanyian alam yang selalu terngiang di telinga. Agak membuatku merasa nyaman, namun tetap saja aku merasa sendiri. Aku harus bangkit dari sini.



Hingga saat itu pun tiba. Ia datang ke arahku. Duduk di sampingku dan berbincang ramah denganku.



"Apa yang kamu lakukan?" katanya.

"Tak ada. Hanya duduk ditemani alam," hanya itu jawabku.



Satu jam terasa bagai lima menit bagiku. Momen yang tak akan aku lupakan untuk kejadian hari itu. Ia hanya duduk di sampingku dan berbincang ramah dalam waktu singkat. Haruskah ia pergi membiarkan aku di sini seorang diri kembali? Mungkin iya. Karena ia bukan untukku.



Sahabat. Bukan seorang yang sulit dicari, namun bukan pula seorang yang mudah dicari. Dalam sekali waktu, ketika aku telah menemukannya tak akan aku lepaskan demikian mudahnya. Tak peduli seberapa samudera memisahkan kita, tak peduli sebanyak apapun pulau yang membatasi kita, aku akan menyimpanmu dalam genggaman dan hatiku.



Dapatkah aku menemukannya?



Di kala lain ketika aku bermain dengan airmataku, ada yang datang dan memelukku dari belakang. Siapa?



"Kenapa kamu menangis?" tanyanya.

"Entahlah. Hanya ingin menangis dan mengeluarkan airmata. Siapa?" jawabku.

"Aku? Entahlah. Aku hanya datang ke sini dan menghampirimu seperti ini. Nyamankah?"

"Tak tahu. Terasa aneh."

"Tapi bagiku tidak. Berjalan bersama, tersenyum bersama, menangis bersama, suka dan duka dibagi. Tak ada yang ditutupi. Setujukah kamu?"



Tak tahan aku tak mengenalinya. Siapa dia? Lalu kulihat wajahnya. Orang yang sama?



"Kamu?"

"Iya. Kenapa?"

"Siapa?"

"Tak mengenali diriku?"

"Tidak."

"Oh kejamnya dunia! Jangan pernah duduk seorang diri lagi, jangan pernah menangis seorang diri lagi, jangan pernah tertawa seorang diri lagi, jangan pernah berjalan seorang diri lagi! Bagikanlah suka dan dukamu denganku!"

"Siapa kamu?"

"Tetap tidak mengenali?"

"Tidak."

"Aku ada di sini," dia hanya menjawab sambil menunjuk dadaku dan menghilang pergi.



Siapa dia? Orang aneh yang selalu ada saat aku merasa sendiri. Aku tak mengerti mengapa dia seperti itu, namun hal itu membuatku merasa lebih nyaman.



Aku kembali memainkan pikiranku dan berpikir seorang diri. Di saat itu aku melihat sepucuk surat berwarna putih. Kuraih dan kubaca.



"AKU SAHABATMU"



Sahabatku? Siapa?



Ketika aku berkutat dengan pikiranku, orang aneh itu datang kembali secara tiba-tiba.



"Itu aku. Sudah kubilang jangan melakukannya seorang diri! Ada aku di sini! Bagilah sedikit dari perasaanmu padaku! Tak bisakah?"

"Siapa?""Surat itu aku yang membuatnya."



Bagai disambar petir di siang hari, aku merasa ada yang bergejolak di mataku. Duduk bersimpuh adalah hal pertama yang aku lakukan. Siapa dia? Sahabat? Dari mana? AKu tak biasa membagi perasaan ini padanya. Bolehkah aku memendamnya seorang diri saja? Tapi terkadang aku juga merasa kesepian. Lalu aku harus bagaimana?



"Tenanglah.. Diam di sini dan aku akan berada di sini sampai kau tenang."



Terasa mendesir dalam dada. Perasaan apa ini? Berdebar? Tapi aku senang.



Mungkin dia memang datang ke sini untukku.



"Aku datang memang hanya untukmu," dia berucap seakan-akan menjawab kekhawatiranku.



Melayang. Aku mabuk di atas awang-awang. Seperti inikah rasanya memiliki sahabat di sampingku?




*re-post from http://www.facebook.com/notes/dian-putri-%EB%94%94%EC%95%88/satu-jam-hanya-terasa-lima-menit/10150149244210248?ref=notif¬if_t=note_comment